Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
BYD Jatuh, Tesla Tersungkur: Perang Harga EV China Makin Sengit
SHARE:

Bayangkan sebuah arena gladiator modern, di mana lebih dari 100 petarung saling sikut untuk bertahan hidup. Itulah gambaran pasar mobil listrik China saat ini. Setelah lebih dari setahun setengah mencatatkan pertumbuhan yang konsisten, raksasa otomotif listrik BYD tiba-tiba tersandung. Penjualan mereka pada September 2025 anjlok 5,5%, menjadi 396.270 unit dari 419.426 unit setahun sebelumnya. Ini adalah penurunan pertama sejak Februari 2024, yang saat itu penjualan BYD merosot hampir 37%.

Latar belakangnya adalah perang harga yang tak kenal ampun. Pasar mobil listrik China, yang terbesar di dunia, telah berubah menjadi medan pertempuran di mana diskonto dan promosi agresif menjadi senjata utama. Persaingan ini tidak hanya melibatkan pemain domestik, tetapi juga raksasa global seperti Tesla, yang turut memicu perlombaan memotong harga.

Kondisi ini memunculkan pertanyaan penting: Apakah ini awal dari konsolidasi besar-besaran di industri kendaraan listrik? Bagaimana dampaknya terhadap pemain global dan prospek jangka panjang pasar? Mari kita selami lebih dalam dinamika yang sedang mengubah lanskap otomotif dunia ini.

Gugurnya Sang Juara: Analisis Penurunan BYD

Bagi BYD, yang selama ini dianggap sebagai rival terberat Tesla di China, penurunan penjualan ini adalah tamparan keras. Dalam pengajuan ke bursa pada awal Oktober, perusahaan mengonfirmasi penjualan September yang lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu. Meski secara year-to-date saham BYD masih menunjukkan kinerja positif dengan kenaikan hampir 27%, tekanan pada fundamental bisnis mulai terlihat.

Laporan keuangan BYD pada Agustus 2025 mengungkapkan bahwa "profitabilitas jangka pendek" mereka terdampak oleh "malpraktek industri" seperti "pemasaran berlebihan" dan diskon besar-besaran. Buktinya, laba bersih pada kuartal kedua 2025 jatuh 30% dari tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa strategi mempertahankan pangsa pasar dengan mengorbankan margin profit ternyata memiliki konsekuensi finansial yang signifikan.

Domino Effect: Tesla dan Strategi Pemotongan Harga

Tak mau kalah, Tesla juga terlibat dalam perang harga ini. Pada April 2024, perusahaan Elon Musk mengumumkan pemotongan harga Model 3, S, X, dan Y sebesar 14.000 yuan (sekitar $1.930) per unit. Musk membenarkan langkah ini dengan menyatakan bahwa "harga harus sering berubah untuk menyesuaikan produksi dengan permintaan."

Dalam postingan X pada 21 April 2024, Musk berargumen bahwa mobil lain "sering mengubah harga dengan margin lebar melalui markup dealer dan insentif manufacturer/dealer." Namun, strategi ini ternyata tidak cukup efektif untuk mengalahkan rival China. Penjualan tahunan Tesla malah mengalami penurunan pertama dalam lebih dari satu dekade, dengan pengiriman 1,79 juta kendaraan pada 2024, turun 1% dari 1,81 juta unit pada 2023.

Ramalan Suram dan Gelombang Konsolidasi

He Xiaopeng, pendiri dan CEO Xpeng, memberikan pandangan yang cukup suram tentang masa depan industri. Dalam surat internal pada Desember 2024, dia memprediksi bahwa industri otomotif akan menghadapi "babak eliminasi" dari 2025 hingga 2027. Pernyataan ini semakin menguatkan pandangannya dalam wawancara dengan The Straits Times pada November 2024, di mana dia menyatakan bahwa sebagian besar produsen mobil China tidak akan bertahan dalam dekade berikutnya.

"Saya pribadi berpikir bahwa hanya akan ada tujuh perusahaan mobil besar yang akan eksis dalam 10 tahun mendatang," ujar He, meski tidak menyebutkan nama ketujuh perusahaan tersebut. Prediksi ini mengisyaratkan gelombang konsolidasi besar-besaran yang akan menyaring ratusan pemain menjadi hanya segelintir yang benar-benar tangguh.

Dampak Global dan Pelajaran bagi Pemain Baru

Perang harga di China tidak hanya berdampak pada pemain lokal. Hyundai yang berencana mengarungi pasar otomotif 2024 dengan lima mobil baru harus mempertimbangkan realitas kompetitif ini. Demikian pula dengan rencana Tesla mengembangkan mobil listrik harga terjangkau yang siap diproduksi di Jerman, yang mungkin perlu menyesuaikan strategi penetapan harganya.

Bahkan bagi pemain baru seperti Polytron yang berencana meluncurkan mobil listrik buatan Indonesia tahun ini, kondisi di China menjadi pelajaran berharga tentang betapa kompetitifnya pasar kendaraan listrik global. Intensitas persaingan dan tekanan margin bisa menjadi tantangan besar bagi pendatang baru.

Perang harga EV China telah memasuki babak baru yang lebih menentukan. Dengan BYD yang mulai menunjukkan kelemahan dan Tesla yang terus berjuang mempertahankan posisi, pasar terbesar dunia ini sedang mengalami transformasi fundamental. Yang jelas, hanya perusahaan dengan strategi tepat, efisiensi produksi tinggi, dan daya tahan finansial kuat yang akan bertahan dalam "babak eliminasi" yang diprediksi He Xiaopeng. Bagi konsumen, ini mungkin berkah terselubung dengan harga yang semakin terjangkau. Tapi bagi industri, ini adalah ujian nyata yang akan menentukan siapa yang layak bertahan dalam revolusi transportasi listrik.

SHARE:

HEAD Padel Rayakan 25 Tahun dengan Koleksi Eksklusif ELITE LTD

Jangan Paksa Wedge Tua, Spin Bisa Turun 47% Setelah 75 Ronde