Technologue.id, Jakarta - Teknologi kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) saat ini tengah digandrungi masyarakat digital. Namun, masalah yang dihadapi yakni terkait ruang penyimpanan.
Hal ini yang membuat Google menghadirkan BigQuery Studio. Fitur ini diklaim pabrikan mampu menganalisis dan menyimpan data AI secara masif.
Baca Juga:
Google Akan Tingkatkan Assistant di Tengah Tren AI Generatif
BigQuery Studio merupakan layanan penyimpanan data tanpa server yang dikelola untuk mengedit bahasa pemrograman seperti SQL, Python dan Spark di skala petabyte.
"BigQuery Studio merupakan pengalaman baru yang menempatkan orang-orang yang bekerja di satu sisi dan sisi AI dilingkungan yang sama," jelas Gerrit Kazmaier, data analis Google, Jumat (1/9/2023).
"Metode ini memudahkan pekerjaan dengan data dan penyimpanan. Kedepannya, AI berpotensi memudahkan pengguna apabila sudah memasuki ranah data perusahaan," tambah Gerrit.
Baca Juga:
Bentuk Pengawas Keamanan, Google dan Microsoft Kerjasama dengan OpenAI
Sebagai informasi, NewVantage sudah melakukan survey yang mana 97,6 persen organisasi di seluruh dunia menginvestasikan big data dan AI. Namun, 65 persen dari organisasi tersebut menyatakan kesulitan untuk menganalisis dan menyimpan data dalam jumlah banyak.
Kehadiran BigQuery Studio juga membantu pengguna menemukan, mengeksplorasi, menganalisis dan memprediksi data. Para pengguna bisa mengakses data dimanapun mereka bekerja dengan tata kelola dan regulasi yang baik.