Technologue.id, Jakarta – Kerajaan media sosial Facebook belakangan sedang dirundung masalah. Setelah skandalnya dengan Cambridge Analytica, Facebook turut dilaporkan tak transparan terkait intervensi Rusia saat Pemilu Amerika Serikat 2016 lalu dan black campaign ke perusahaan teknologi lainnya. Adalah media kenamaan New York Times yang mengumbar informasi ini setelah berbicara dengan lebih dari 50 orang, termasuk pegawai dan mantan pegawai Facebook.
Baca juga:
Pencipta Internet Desak Google dan Facebook Hargai Privasi Netizen
Walau problem silih berganti, Mark Zuckerberg, sang CEO, seakan tak menyesali hal ini. Zuck justru membantah laporan dari New York Times, saat diwawancarai oleh CNN.com belum lama ini. Tak sekadar membantah, Mark Zuckerberg juga enggan mundur dari posisinya sebagai chairman Facebook. "Bukan begitu rencananya... Saya tidak merasa hal itu masuk akal," tandasnya (20/11/2018).Baca juga:
Konten Negatif di Facebook Terus Bertumbuh
Pria 34 tahun tersebut juga menegaskan kalau posisi Sheryl Sandberg, COO Facebook, akan aman. Sandberg diduga terlibat dalam kampanye hitam terhadap pesaing Facebook, Google dan Apple. New York Times turut melaporkan kalau Facebook telah membayar perusahaan PR bernama Definers Public Affair untuk membuat palsu ke pesaing-pesaingnya demi mengalihkan perhatian publik dari Facebook.Baca juga:
Jangan Asal Hapus Pesan, Facebook Messenger Bisa Lacak Jejak Digital Anda
Sandberg sendiri sudah menjadi COO Facebook sejak 2008. Ketika banyak petinggi Facebook Inc. yang hengkang – seperti pendiri para anak perusahaan mereka, yaitu WhatsApp dan Instagram, penulis buku Lean In itu tetap aman. Ia pun dijuluki orang kepercayaan Mark Zuckerberg.