Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Mobil Listrik Melejit 27%, Pasar Otomotif Indonesia Berubah Arah
SHARE:

Pernahkah Anda membayangkan jalanan Indonesia didominasi mobil listrik dalam beberapa tahun ke depan? Data terbaru menunjukkan kita sedang bergerak cepat ke arah sana. Sembilan bulan pertama 2025 menjadi saksi transformasi dramatis industri otomotif nasional, di mana penurunan penjualan mobil konvensional justru berbanding terbalik dengan lonjakan luar biasa kendaraan listrik.

Industri otomotif Indonesia sedang mengalami masa transisi yang penuh kontradiksi. Di satu sisi, tekanan ekonomi domestik dan melemahnya daya beli masyarakat membuat penjualan mobil baru secara keseluruhan mengalami kontraksi. Namun di sisi lain, pasar mobil listrik justru menunjukkan performa yang menggembirakan, menandakan perubahan preferensi konsumen dan arah transformasi industri yang tak terelakkan.

Dinamika kontras ini mengingatkan kita pada fenomena stagnasi penjualan mobil nasional dalam satu dekade terakhir, namun dengan nuansa yang berbeda. Kali ini, penurunan di segmen konvensional diimbangi dengan pertumbuhan eksponensial di segmen elektrifikasi, menciptakan landscape baru yang menarik untuk disimak.

Fakta di Balik Penurunan 11,3 Persen

Berdasarkan data resmi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil baru secara wholesales (distribusi dari pabrikan ke diler) mencapai 561.819 unit sepanjang Januari–September 2025. Angka ini turun 11,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 633.660 unit.

Penurunan ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan ekonomi domestik dan turunnya daya beli masyarakat. Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, dengan gamblang menjelaskan bahwa "penyebab utama pasar otomotif melambat tahun ini adalah turunnya daya beli masyarakat." Pernyataan ini mengkonfirmasi apa yang selama ini menjadi kekhawatiran banyak pelaku industri.

Yang menarik, meski terjadi penurunan secara keseluruhan, struktur pasar masih didominasi oleh pemain tradisional. Toyota tetap menjadi penguasa pasar dengan 181.817 unit terjual dan pangsa pasar mencapai 32,4 persen. Posisi kedua ditempati Daihatsu dengan 95.307 unit (17 persen), disusul Mitsubishi Motors yang membukukan 48.944 unit (8,7 persen). Honda menempati posisi keempat dengan 46.623 unit, diikuti Suzuki dengan 44.253 unit.

Revolusi Senyap Mobil Listrik Indonesia

Sementara pasar konvensional merosot, segmen mobil listrik justru menunjukkan performa yang luar biasa. Gaikindo mencatat, penjualan mobil listrik murni (Battery Electric Vehicle/BEV) mencapai 55.225 unit hingga akhir September 2025. Angka ini melonjak tajam dibandingkan 43.188 unit sepanjang 2024, atau naik lebih dari 27 persen.

Peningkatan signifikan ini dipicu oleh semakin banyaknya model baru dan kehadiran merek-merek baru di pasar domestik. Dari VinFast asal Vietnam, Aion, Polytron EV, hingga Maxus dari Grup Indomobil – semuanya berkontribusi dalam memperkaya pilihan konsumen Indonesia.

Kenaikan penjualan ini menunjukkan semakin meningkatnya penerimaan publik terhadap mobil listrik, terutama di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Faktor pendorong lainnya adalah kebijakan pemerintah yang akan mengakhiri insentif impor utuh (Completely Built Up/CBU) untuk mobil listrik pada 31 Desember 2025, yang memicu pembelian sebelum batas waktu tersebut.

Invasi Merek China yang Tak Terbendung

Industri otomotif Tiongkok menunjukkan peningkatan pesat di pasar Indonesia sepanjang 2025. BYD, yang baru setahun beroperasi secara resmi di Indonesia, mencatat penjualan 20.077 unit hanya dalam sembilan bulan pertama tahun ini – prestasi yang membuatnya menyalip beberapa merek Jepang mapan.

Model andalan BYD seperti Seal, Dolphin, Atto 3, M6, dan Sealion 7 menjadi pilihan utama di pasar kendaraan listrik dan SUV menengah. Yang lebih menarik, pabrikan ini juga tengah membangun pabrik perakitan di Subang, Jawa Barat, dengan target beroperasi pada akhir 2025, sejalan dengan rencana pemerintah meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di sektor EV.

Sementara itu, Chery mencatat 15.160 unit penjualan, didorong oleh model elektrifikasi seperti Omoda E5 dan Chery J6. Wuling, pelopor EV murah di Indonesia, membukukan 12.341 unit, sebagian besar disumbang oleh Air EV, Binguo EV, dan Cloud EV yang dirakit lokal di pabrik Cikarang.

Peta Persaingan Mobil Listrik Nasional

BYD masih mendominasi penjualan BEV nasional dengan 20.077 unit, diikuti Wuling (8.345 unit) dan Denza (6.775 unit) – submerek premium di bawah Grup BYD. Namun, kinerja Denza patut diwaspadai mengingat tren penurunan yang dialaminya.

Selanjutnya, Chery menorehkan 6.170 unit, Aion 4.405 unit, VinFast 2.841 unit, dan Geely 1.876 unit. Pabrikan non-China seperti Hyundai (1.164 unit), Morris Garage/MG (1.123 unit), serta Neta (487 unit) juga mulai menancapkan eksistensi mereka.

Berikut daftar 10 merek mobil listrik terlaris Januari–September 2025:

  • BYD – 20.077 unit
  • Wuling – 8.345 unit
  • Denza – 6.775 unit
  • Chery – 6.170 unit
  • Aion – 4.405 unit
  • VinFast – 2.841 unit
  • Geely – 1.876 unit
  • Hyundai – 1.164 unit
  • MG – 1.123 unit
  • Neta – 487 unit
Nasib Pilu Segmen LCGC dan Masa Depan Industri

Berbeda dengan segmen EV yang sedang naik daun, Low Cost Green Car (LCGC) justru mengalami kontraksi tajam. Sepanjang Januari–September 2025, total penjualan LCGC hanya 89.051 unit, anjlok 33,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 134.818 unit.

Pada September 2025, distribusi wholesales segmen LCGC tercatat 7.795 unit, turun 5,7 persen dari bulan sebelumnya (8.270 unit). Ini merupakan penurunan dua bulan berturut-turut, menandakan daya beli konsumen di segmen menengah bawah belum pulih.

Toyota Calya menjadi model terlaris dengan 2.523 unit, naik tipis 10,4 persen dibanding Agustus. Disusul Honda Brio Satya (1.917 unit) dan Daihatsu Sigra (1.738 unit). Toyota Agya menunjukkan lonjakan penjualan 80 persen ke 818 unit, sementara Daihatsu Ayla turun tipis ke 799 unit.

Dengan tiga bulan tersisa sebelum tahun berganti, Gaikindo belum berencana merevisi target penjualan nasional sebesar 900 ribu unit. Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menegaskan pihaknya tetap optimistis meski tren pasar sedang menurun. "Enggak ada revisi target. Tercapai atau tidak, kita harus terus mengusahakan," katanya.

Kukuh juga menilai bahwa faktor musiman, seperti pameran otomotif akhir tahun dan program insentif pembiayaan dari lembaga keuangan, masih bisa mendorong penjualan menjelang Desember. Optimisme ini didukung oleh performa merek-merek baru seperti Jaecoo yang mulai menunjukkan eksistensinya.

Transformasi industri otomotif Indonesia sedang berlangsung di depan mata kita. Dominasi pabrikan Jepang yang selama ini tak tergoyahkan mulai mendapatkan tantangan serius dari pemain baru China dan Korea Selatan. Yang menarik, pertarungan ini tidak lagi sekadar tentang harga atau model, tetapi tentang teknologi, inovasi, dan visi masa depan. Konsumen Indonesia semakin cerdas dalam memilih, dan pilihan mereka jelas mengarah pada kendaraan yang lebih ramah lingkungan serta teknologinya lebih mutakhir. Mampukah pemain tradisional beradaptasi dengan perubahan ini, ataukah kita akan menyaksikan perubahan peta kekuatan di industri otomotif nasional?

SHARE: