
Pernahkah Anda memperhatikan semakin banyak mobil berpelat merah—merek-merek dari Tiongkok—menghiasi jalanan ibu kota dan kota besar lainnya? Ternyata, ini bukan sekadar kesan semata. Data terbaru dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) untuk September 2025 mengonfirmasi gelombang besar yang sedang terjadi. Persaingan di pasar otomotif Indonesia semakin memanas, dan pemain dari Negeri Tirai Bambu tidak hanya hadir, tetapi mulai mendominasi peta persaingan dengan pertumbuhan yang luar biasa.
Lanskap otomotif Indonesia, yang sebelumnya didominasi oleh merek-merek Jepang dan Eropa, kini mengalami transformasi signifikan. Merek-merek Tiongkok tidak lagi dipandang sebagai pendatang baru yang sekadar mencoba peruntungan. Mereka hadir dengan strategi matang, teknologi mutakhir—terutama di segi elektrifikasi—dan agresivitas pemasaran yang sulit diabaikan. Gelombang ini tidak hanya mengubah preferensi konsumen, tetapi juga memaksa seluruh industri untuk beradaptasi dengan cepat.
Lalu, bagaimana performa aktual mereka? Siapa yang memimpin, dan siapa yang mulai tertinggal? Mari kita selami data penjualan September 2025 untuk memahami dinamika persaingan yang semakin sengit ini dan apa artinya bagi masa depan mobil di Indonesia.
BYD: Raja Tak Terkalahkan dengan Loncatan SpektakulerBerdasarkan data Gaikindo, BYD dengan mantap mempertahankan tahtanya sebagai pemimpin penjualan mobil asal Tiongkok di Indonesia. Pada September 2025 saja, BYD mencatatkan 1.088 unit penjualan wholesales (dari pabrik ke diler) dan yang lebih mengesankan, 2.036 unit retail sales (dari diler ke konsumen). Angka retail yang hampir dua kali lipat dari wholesale mengindikasikan permintaan yang sangat kuat dan proses distribusi yang efisien.
Namun, yang benar-benar mencengangkan adalah performa kumulatifnya. Sepanjang Januari hingga September 2025, BYD telah membukukan 20.077 unit wholesales dan 21.314 unit retail sales. Bandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024 yang hanya mencapai 8.536 unit wholesales dan 6.224 unit retail. Itu artinya, terjadi peningkatan lebih dari dua kali lipat hanya dalam waktu setahun. Kesuksesan BYD di Indonesia adalah bagian dari momentum globalnya, di mana BYD berhasil menggeser Tesla dan memimpin penjualan mobil listrik global di 2025. Dominasinya dibangun di atas portofolio kendaraan listrik dan hybrid yang lengkap, yang ternyata sangat disukai pasar Indonesia yang mulai sadar lingkungan.
Chery: Pendakian Cepat yang MengejutkanJika BYD adalah raja yang sudah mapan, maka Chery adalah pangeran yang sedang naik daun dengan sangat agresif. Pada September 2025, Chery justru mencatatkan angka wholesales tertinggi di antara semua merek Tiongkok, yaitu 2.105 unit, disusul retail sales sebanyak 2.102 unit. Ini adalah lompatan yang fantastis dibandingkan September 2024 yang hanya mencatat 673 unit wholesales dan 606 unit retail.
Secara kumulatif, performa Chery sepanjang Januari-September 2025 mencapai 15.160 unit wholesales dan 15.104 unit retail. Angka ini hampir tiga kali lipat dari pencapaian tahun 2024, menunjukkan bahwa strategi produk dan pemasaran mereka berhasil menyentuh chord yang tepat di hati konsumen Indonesia. Pendakian Chery membuktikan bahwa persaingan untuk posisi puncak masih sangat terbuka.
Baca Juga:
Di posisi ketiga, kita dapati Wuling, sebuah nama yang sudah tidak asing dan sempat menjadi pionir merek Tiongkok di Indonesia. Namun, data September 2025 menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Wuling mencatat 1.339 unit wholesales dan 1.467 unit retail sales. Meski angka ini masih signifikan, nilainya mengalami penurunan jika dibandingkan dengan September 2024 yang mampu mencatat 2.004 unit wholesales dan 2.007 unit retail.
Pola yang sama terlihat dalam data kumulatif. Hingga September 2025, Wuling mencatat 12.264 unit wholesales dan 13.984 unit retail, angka yang ternyata turun dari periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini bisa jadi merupakan sinyal bahwa konsumen mulai beralih ke pemain baru dengan teknologi dan desain yang lebih segar, sementara Wuling perlu berinovasi lebih cepat untuk mempertahankan pangsa pasarnya.
Pemain Baru dan Geliat Kendaraan ListrikPasar tidak hanya tentang tiga besar. Geliat justru terlihat dari pemain-pain baru yang dengan percaya diri menancapkan eksistensinya. Denza, merek premium di bawah payung BYD, mencatat 227 unit wholesales dan 369 unit retail pada September 2025. Kehadiran Denza memperkuat strategi BYD dalam menjangkau segmen premium, sebuah langkah yang cerdas untuk diversifikasi.
Tak kalah menarik adalah Aion, yang langsung menunjukkan taring dengan 554 unit wholesales dan 452 unit retail. Performa Aion, bersama dengan BYD dan Denza, menjadi bukti nyata bahwa minat terhadap kendaraan listrik (EV) di Indonesia bukan lagi isapan jempol belaka. Tren elektrifikasi ini sejalan dengan inisiatif industri teknologi, meski kadang harus berhadapan dengan realitas regulasi, seperti yang terjadi pada peluncuran iPhone Air di Tiongkok yang tertunda akibat masalah regulasi eSIM.
Selain itu, Geely dan Jaecoo juga mulai menunjukkan eksistensi dengan penjualan bulanan di atas 100 unit. Kehadiran merek-merek baru ini tidak hanya memperkaya pilihan konsumen, tetapi juga memperketat persaingan, memaksa setiap pemain untuk terus berbenah.
Pergeseran Pasar dan Merek yang TertinggalDi balik kesuksesan beberapa merek, ada juga yang harus gigit jari. Merek-merek seperti DFSK, MG, dan Neta justru mencatat penurunan penjualan dibandingkan tahun lalu. Fenomena ini mengindikasikan adanya pergeseran preferensi konsumen yang cepat dan selektif. Konsumen Indonesia kini lebih cerdas dan lebih banyak informasi. Mereka tidak hanya melihat harga, tetapi juga teknologi, fitur, keandalan, dan nilai jual kembali.
Perubahan lanskap ini juga berdampak pada pemain tradisional. Sementara merek Tiongkok mencatat pertumbuhan, pemain mapan seperti Honda masih mengandalkan model andalan seperti yang terlihat pada fakta bahwa Brio masih menjadi tulang punggung penjualan Honda. Persaingan yang semakin multidimensi ini memastikan bahwa tahun-tahun mendatang akan menjadi era yang paling menantang sekaligus menarik dalam sejarah otomotif Indonesia.
Secara keseluruhan, peningkatan penjualan merek-merek seperti BYD, Chery, dan Aion adalah cerminan dari meningkatnya minat masyarakat Indonesia terhadap mobil listrik dan hybrid asal Tiongkok. Mereka berhasil menawarkan paket lengkap: teknologi mutakhir, desain yang menarik, dan harga yang kompetitif. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, didorong oleh komitmen pemerintah terhadap pengembangan kendaraan listrik serta ekspansi jaringan diler dan infrastruktur pengisian daya yang kian masif di berbagai kota besar. Gelombang Tiongkok di jalanan Indonesia bukan lagi fenomena sementara, melainkan sebuah realitas baru yang akan membentuk masa depan mobilitas kita.