Technologue.id, Jakarta - Kawasan Asia-Pasifik (APAC) telah menjadi tujuan populer bagi perekrutan tenaga kerja internasional. Laporan Perekrutan Global yang diterbitkan oleh platform SDM all-in-one Deel mengungkap bahwa perekrutan secara global tumbuh sebesar 57% di region Asia Pasifik pada tahun 2023 dan selama dua tahun berturut-turut menjadi wilayah perekrutan dengan perkembangan tercepat berimbang dengan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA).
"Dari sisi tren, kita melihat bahwa Asia Pasifik merupakan area yang paling banyak perkembangan untuk global hiring. Jadi, Asia Pasifik adalah region dimana paling banyak perusahaan yang mau meng-hire dari misalnya region yang lainnya," ujar Grace Bunardi, Indonesia Commercial Lead, Deel, saat sesi diskusi dengan media, di Jakarta, Kamis (16/5/2024).
Baca Juga:
Deel Luncurkan Asisten Kerja Global Bertenaga AI
Temuan terbaru Deel menunjukkan bahwa wilayah Asia Pasifik sangat menonjol sebagai pusat inovasi, kolaborasi, dan peluang yang menggiurkan. Khusus Indonesia, baru-baru ini disebut sebagai pusat bisnis global dan telah menarik investasi asing serta perusahaan multinasional. Masuknya orang-orang ini telah meningkatkan permintaan akan talenta dengan kompetensi lintas budaya dan kemampuan berbahasa Inggris.
Selain itu, tenaga kerja Indonesia memiliki biaya yang lebih rendah dibandingkan banyak negara lain yang mempekerjakan tim yang berbasis di Indonesia, dan seringkali dengan produktivitas yang lebih tinggi.
Negara-negara utama yang merekrut talenta Indonesia termasuk Amerika Serikat, Inggris, Singapura, Australia dan Hongkong. Sementara itu, lima posisi pekerjaan yang banyak mempekerjakan pekerja Indonesia secara global adalah Guru/Tutor, Asisten Virtual (Virtual Assistant), Technical Support, Ahli Statistik, dan Software Engineer/Developer.
Baca Juga:
Resmi Beroperasi di Indonesia, Deel Menyederhanakan HR untuk Tim Global
"Berdasarkan observasi kita ada hal-hal menarik. Ada beberapa software engineer Indonesia yang dipekerjakan di luar negeri untuk perusahaan luar negeri. Tapi sebaliknya banyak perusahaan Indonesia yang juga mempekerjakan software engineer di luar negeri. Jadi, yang kita lihat adalah tergantung skill yang mau dicari apa, karena software engineer tidak hanya satu macam tapi beberapa macam," ungkap Grace.
Mengacu pada tren tersebut, Grace mengatakan, para pengusaha menghadapi tantangan untuk menggaet dan mempertahankan talenta terbaik, di tengah persaingan yang ketat.
Indonesia diproyeksikan memiliki kesenjangan talenta digital sebesar 47 juta pada tahun 2030, sehingga memerlukan setidaknya 600.000 talenta digital baru setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan. Salah satu solusi untuk mengatasi tantangan ini adalah melalui perekrutan global dan skill transfer.