Technologue.id, Jakarta – Dampak hoax atau berita bohong sangat riil. Semua pihak pun seharusnya menyadari akan hal ini dan bergotong-royong untuk menghalaunya. Di India belum lama ini, kasus hoax penculikan dan perdagangan anak tak hanya membuat masyarakat di sana cemas berlebihan, tetapi juga telah menewaskan lebih dari 10 orang. Ya, gara-gara kecemasan berlebih itu, masyarakat India dibutakan sampai menghakimi orang-orang yang diyakini merupakan penculik anak. Padahal, dugaan tersebut belum tentu benar.
Baca juga:
Fitur Channel Sambangi WhatsApp
WhatsApp pun jadi salah satu pihak yang disalahkan. Pasalnya, aplikasi chatting itu menjadi platform yang melanggengkan berita bohong di antara masyarakat. Facebook Inc. selaku perusahaan induk WhatsApp akhirnya menginisiasi program pemberantasan hoax. Mereka menawarkan dana penelitian hingga US$50.000 (Rp720 jutaan) untuk mempelajajari berita palsu di platform WhatsApp, bisa dari cara mendeteksinya, upaya menghentikan, atau literasi digital.Baca juga:
Selain Instagram, Berikut 5 Medsos yang Punya 1 Miliar Pengguna
Melansir Engadget.com (05/07/2018), walau untuk kepentingan orang banyak, WhatsApp berkomitmen untuk tidak membeberkan data pribadi apa pun pada para peneliti. Namun, studi dan temuannya memang tetap akan menjadi milik dan hak para peneliti tanpa bisa diintervensi oleh WhatsApp.Baca juga:
Kira-kira, mampukah riset ini nantinya menghasilkan solusi konkret untuk polemik pelik WhatsApp (dan media sosial lainnya)?