Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Elliott Tanner, Bocah 13 Tahun Peraih Gelar Sarjana Fisika
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Seorang anak ajaib di bidang sains telah memukau para profesor dan teman-teman sekelasnya dengan lulus sarjana pada usia 13 tahun. Namanya Elliott Tanner dan dia baru saja lulus dari University of Minnesota dengan gelar sarjana fisika.

"Saya merasa sangat gembira. Ini adalah pengalaman yang benar-benar nyata," kata Elliott, warga Minnesota, AS, kepada Live Science.

Meski luar biasa, pencapaian ini tidak menjadikan Elliott lulusan perguruan tinggi termuda dalam sejarah AS. Gelar itu milik Michael Kearney, yang lulus dari University of South Alabama dengan gelar sarjana antropologi pada 1992 pada usia 10, menurut BBC.

Baca juga:
Melancong ke Rusia, Jangan Lupa Mampir ke Lima Observatorium Ini ya!

Orang tua Elliott sangat bangga atas kerja keras dan dedikasi yang dia tunjukkan untuk mendapatkan gelarnya di usia yang begitu muda. Mereka juga senang buah hatinya telah menjadi inspirasi bagi banyak orang.

"Meskipun dia memiliki kapasitas luar biasa untuk belajar, dia juga manusia yang baik dan lucu," ungkap Michelle Tanner, ibu Elliott, "Dia menginspirasi kita untuk menjadi orang yang lebih baik setiap hari."

Elliott berencana untuk mendapatkan gelar doktor jika orang tuanya dapat mengumpulkan dana yang diperlukan. Di masa depan, Elliott bercita-cita menjadi profesor di University of Minnesota dan menjadi ahli dalam fisika teoretis energi tinggi, studi tentang blok bangunan paling dasar dari materi dan gaya fundamental di antara mereka. "Saya tidak sabar untuk memulai," imbuhnya.

Foto: Michelle Tanner

Usia Hanya Angka
Orang tua Elliott pertama kali menyadari bahwa putra mereka berbakat sebelum dia mulai sekolah. Dia menunjukkan kemampuan bahasa dan matematika yang luar biasa sejak usia 3.

Baca juga:
Ilmuwan China Dikabarkan Bisa Sulap CO2 Jadi Makanan

Ketika dia berusia lima tahun, Elliott mendaftar di taman kanak-kanak setempat. Namun dengan cepat dikeluarkan dari sekolah ketika menjadi jelas bahwa menjalani pendidikan tradisional tidak cocok untuknya.

"Dia berbicara tentang akselerator partikel ketika dia berusia lima tahun, ketika anak-anak lain berpura-pura menjadi Superman di taman bermain," cerita Michelle.

Elliott kemudian disekolahkan di rumah oleh orang tuanya, yang mendukung sifat ingin tahu dan seleranya akan pengetahuan sendiri. Pasangan itu mencoba membatasi Elliott pada kurikulum rekan-rekannya, tetapi terlepas dari upaya terbaik mereka, dia maju dengan kecepatan yang mencengangkan.

"Elliott akhirnya belajar dan mengonsumsi informasi lebih cepat daripada yang bisa kami berikan," kata Tanner. "Kamarnya penuh dengan buku pelajaran yang akan segera dia baca."

Baca juga:
Penemuan Ini Wajib Dibaca Mereka yang Ingin Awet Muda

Dia menambahkan, anaknya sering memilih untuk menghabiskan uang ulang tahunnya untuk membeli buku daripada mainan atau permainan.

Pada usia 9 tahun, Elliott telah menyelesaikan sebagian besar kurikulum sekolah menengah biasa, dan orang tuanya berjuang untuk mengikutinya. Jadi mereka mendaftarkannya di community college setempat. "Sebagai orang tua, kami ketakutan," katanya.

Di community college itulah Elliott benar-benar menempa hasratnya untuk fisika. "Untuk waktu yang lama, saya ingin menjadi ahli matematika," sebut Elliott. "Kemudian saya dihadapkan pada kelas fisika yang sangat menggugah dan menginspirasi saya belajar lebih banyak tentang rahasia dunia."

Pengalaman Kuliah yang Unik
Ketika berusia 11 tahun, Elliott dipindahkan ke University of Minnesota untuk mulai belajar fisika dan matematika. Kemudahan transisi Elliott ke kehidupan kampus mengejutkan para profesor dan teman-teman sekelasnya yang jauh lebih tua.

Baca juga:
Puaskan Nafsu Ilmuwan, NASA Habiskan Rp61 Triliun untuk Misi Uranus di 2049

"Kadang-kadang ada kebingungan singkat mengapa saya ada di sana (di kelas), tetapi itu cepat hilang," sebut Elliott.

Meskipun pengalaman kuliahnya sedikit berbeda dari teman-teman sekelasnya, Elliott masih bergaul dengan teman-temannya di ruang siswa, mendiskusikan pekerjaan rumah, berdebat topik fisika atau menonton film.

"Terpapar dengan orang-orang yang sama bersemangatnya dengan fisika seperti dirinya telah sangat bermanfaat baginya," tambah Tanner.

"Ini memuaskan pikirannya untuk dapat menyelam jauh dengan orang lain di levelnya dan belajar dari ilmuwan yang luar biasa," katanya lagi.

Foto: Michelle Tanner

Elliott juga harus berurusan dengan liputan media yang datang dengan menjadi anak ajaib. Dia sering dibandingkan dengan Sheldon Cooper, pemeran utama dalam spin-off "The Big Bang Theory" "Young Sheldon".

"Young Sheldon telah menunjukkan beberapa kesulitan yang saya hadapi. Dan saya sangat menghargai melihat orang-orang berbakat lainnya di acara-acara," tutur Elliot.

Salah satu tantangan terbesar yang Elliott dan keluarganya hadapi adalah kritik. Terutama secara online, dari orang-orang yang tidak memahami situasinya dan membuat penilaian cepat tentang seperti apa hidupnya nantinya.

"Orang-orang tampaknya memiliki prasangka bahwa masa kecil Elliott telah dicuri darinya. Orang-orang juga menganggap dia pasti kurang dalam keterampilan sosial," keluh Tanner.

SHARE:

Timnas Esports Indonesia Nomor MLBB Women Juara Asian Esports Games 2024

iQOO 13 Resmi Meluncur di Indonesia, Ini Spesifikasi dan Harganya