Technologue.id, Jakarta - Kecepatan internet saat ini bagi kebanyakan orang mungkin masih sangat cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Namun hal itu bisa jadi berbeda jika ke depannya akan semakin banyak perangkat yang menggunakan internet. Mengatasi hal tersebut, sejumlah ilmuan pun dilaporkan sudah berhasil mengembangkan internet super cepat.
Mengutip dari TheVerge (22/05/20), ilmuan asal Universitas RMIT, Monash, dan Swinburne Australia mengkalim bahwa mereka sudah berhasil membuat rekor baru untuk kecepatan internet, yakni 44,2 Tbps. Dan hal itu sudah dipublikasikan melalui sebuah paper terbuka yang dipublikasi melalui Nature Communications.
Baca Juga:
Internet Dunia Melambat Akibat Lockdown Corona
Untuk bisa menciptakan hal tersebut, uji coba dilakukan dengan cara membentangkan kabel fiber optik standar dengan jarak hingga lebih dari 75 km. Dan yang menarik, kecepatan 44,2 Tbps bisa diraih hanya dengan menggunakan satu cip yang terintegrasi.
Kecepatan yang super itu sendiri bisa tercapai lantaran adanya teknologi bernama micro-comb dalam cip tersebut. Pasalnya, teknologi tersebut menawarkan transmisi data yang lebih ringkas dan efisien.
Pada pengujian tersebut, micro-comb diletakkan bersamaan dengan kabel fiber. Dan ini merupakan pertama kalinya teknologi tersebut digunakan pada sebuah uji coba di lapangan.
"Riset yang kami lakukan mendemonstrasikan bahwa infrastruktur kabel fiber optik yang sudah saat ini masih bisa dimaksimalkan lebih jauh. Kami sudah mengembangkan sesuatu yang terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan di masa depan," kata Bill Corcoran, salah satu pemimpin dari penulis studi yang juga dosen Universitas Monash.
Baca Juga:
China Berencana Ubah Model Internet, Untuk Apa?
Uji coba yang dilakukan di tengah masa pandemi ini tidak lain merupakan wujud keresahan yang dirasakan oleh pengguna internet di Australia dan juga dunia.
Dalam tiga bulan belakangan ini penggunaan internet melonjak tajam. Salah satu penyebabnya adalah kebutuhan untuk melakukan video call, video conference, dan model komunikasi online lainnya.
Namun realisasi untuk publik disinyalir masih akan menunggu hingga tiga sampai lima tahun ke depan.