Technologue.id, Jakarta - Perusahaan keamanan siber, Palo Alto Networks membeberkan hasil studi terbaru yang mengkaji perilaku dunia bisnis di Asia Tenggara khususnya Indonesia, Singapura, Filipina, dan Thailand terhadap keamanan siber. Dari survei yang dilakukan, terlihat adanya konsistensi kenaikan nilai investasi keamanan siber.
Surung Sinamo selaku Country Manager Indonesia, Palo Alto Networks pada Rabu (15/7/2020), mengatakan bahwa Indonesia menjadi negara dengan jumlah nilai investasi terbesar di antara negara lainnya yang disurvei. Hal ini menandakan tingginya kesadaran perusahaan di Indonesia terhadap keamanan siber.
Baca Juga:
Pandemi Corona, Serangan Siber Meningkat
"Sangat antusias melihat tingginya kesadaran perusahaan-perusahaan di Indonesia terhadap keamanan siber. Mereka semakin sadar pentingnya mencegah dan menggagalkan serangan siber yang berpotensi mengganggu bisnis, seperti yang telah kita lihat dalam beberapa tahun terakhir,” ujarnya.
Dalam mengamankan sistemnya, Surung menyebut 76% perusahaan di Indonesia menggunakan peranti dasar seperti anti-malware dan antivirus. Perilaku ini didorong oleh sangat kuatnya persepsi yang terbangun di Indonesia tentang seputar bahayanya malware.
Berdasarkan pengamatan terakhir, prioritas beralih ke arah pengamanan deployment cloud, dan ini dibuktikan dengan adopsi cloud native security platforms (61%), software-defined wide area networking (56%), dan next-generation firewalls (51%).
Baca Juga:
Era Digital, Serangan Siber Tidak Pandang Bulu
Sayangnya, meski telah melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan keamanan siber, sebanyak 44% dari perusahaan yang disurvei mengatakan mereka tetap merasa tidak yakin apakah investasi mereka telah memberikan proteksi yang diperlukan. Hanya 52% dari perusahaan-perusahaan Indonesia yang disurvei yakin dan percaya diri dengan langkah-langkah keamanan mereka.
Surung menilai kurangnya kepercayaan dapat menandakan masih adanya permasalahan lain yang harus mendapatkan perhatian dari organisasi yakni faktor manusia atau Sumber Data Manusia (SDM).
Dua dari tiga tantangan utama keamanan siber besar kesemuanya berkaitan dengan “faktor manusia/orang”, yaitu kesadaran karyawan (54%) dan pemahaman dari manajemen (40%).