Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Lima Alasan Harga Bitcoin Turun Habis-habisan
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Bitcoin (BTC) adalah mata uang kripto terpopuler. Di tengah anjloknya pasar kripto, aset yang paling terkenal pun tidak kebal terhadap efek tren penurunan.

Harga Bitcoin turun secara signifikan mulai awal Mei 2022, ketika nilai aset melayang -dan terus bertahan- tepat di bawah Rp590 juta.

Jadi, apa yang menyebabkan tren buruk ini terjadi? Jelas, kita tahu bahwa cryptocurrency memiliki volatilitas yang tinggi. Namun, apa alasan pasti dari kehancuran Bitcoin 2022? Yuk, kita cari tahu jawabannya di bawah ini.

Baca juga:
Bitcoin Anjlok, Duit Rp2.927 Triliun Menguap dari Pasar Kripto

Kebijakan Pemerintah, Kenaikan Suku Bunga, dan Sentimen Publik
Pada Mei 2022, harga Bitcoin turun secara signifikan, sehingga memengaruhi cryptocurrency lainnya. Hari ini, penurunan harga Bitcoin telah menjadi topik hangat di kalangan pedagang dan investor.

Ada beberapa kemungkinan penyebab crash ini, tetapi kesimpulan utamanya adaah ketidakpastian. Karena tidak ada yang tahu pasti berapa lama kehancuran Bitcoin akan berlanjut, orang-orang akhirnya memilih melakukan penjualan massal.

Berikut lima alasan utama mengapa nilai cryptocurrency terpangkas:

Baca juga:
Bitcoin Bangkit dari Kejatuhan Setelah Sempat Sentuh Harga Terendah

  1. Kebijakan Federal Reserve AS
    Pada tanggal 5 Mei 2022, Federal Reserve AS (Bank Sentral AS) memutuskan untuk menaikkan suku bunga jangka pendek negara itu sebesar 0,50%. Ini kenaikan terbesar sejak tahun 2000.

Kebijakan ini praktis menarik kembali setiap upaya yang telah dilakukan negara itu untuk merangsang pertumbuhan ekonomi AS selama pandemi.

“Ketika The Fed mengumumkan rencana mereka untuk menaikkan suku bunga, BTC melakukan reli singkat dan mencapai Rp590 juta. Sentimen ini tidak berlangsung lama, karena pelaku pasar mulai panik lantaran inflasi dan risiko resesi, yang meruntuhkan pasar ekuitas dan cryptocurrency,” ungkap Darshan Bathija, CEO dan Co-Founder Vault, kepada FinancialExpress seperti dikutip zipmex.com, Rabu (15/6/2022).

Baca juga:
Investor Waspada! Kejatuhan Terra Luna Ikut Goyahkan Stablecoin Lain

  1. Sentimen
    Harga cryptocurrency sangat dipengaruhi oleh berita di media massa. Ada kekhawatiran yang berkembang tentang apakah Federal Reserve dapat mengelola tingkat inflasi tanpa memicu resesi.

Inflasi baru-baru ini mungkin menjadi yang pertama dari banyak kenaikan serupa. Sejumlah orang khawatir bahwa "soft landing" tidak akan pernah terjadi. Soft landing adalah peralihan ke arah pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah untuk menghindari krisis ekonomi.

Pendapat dari tokoh masyarakat juga memengaruhi volatilitas pasar cryptocurrency. Postingan atau tweet figur publik di media sosial mungkin mendorong harga cryptocurrency turun.

Baca juga:
Rugi Rp659 Juta, Investor Kripto Terra Luna Coba Bunuh Diri

Sebut saja, Elon Musk men-tweet pada 13 Mei 2022 bahwa Tesla tidak akan lagi menerima Bitcoin karena masalah lingkungan. Imbasnya, harga aset turun selama dua hari ke depan.

Ini juga berarti bahwa investor mungkin menjual aset berisiko, seperti mata uang kripto dan saham, dan membeli aset yang lebih aman, seperti obligasi atau emas.

  1. Pasokan pasar
    Pasokan dan permintaan pasar memengaruhi harga cryptocurrency. Semakin populer cryptocurrency, semakin tinggi permintaan dan harganya.

Baca juga:
Play-To-Earn, Cara Seru Raup Kripto dari Main Game Online

Demikian pula, jika ada sedikit permintaan dan peningkatan pasokan aset karena penjualan massal token, maka harganya akan turun.

Investor mulai meragukan keamanan pasar kripto karena jatuhnya pasar dan runtuhnya LUNA. Akibatnya, mereka mungkin tidak membeli lebih banyak dan menjual cryptocurrency miliknya juga.

  1. Likuidasi
    "Kontrak masa depan" investor, terutama yang menetapkan pembelian Bitcoin dalam jangka panjang sedang dilikuidasi, akibat penurunan harga aset yang berkelanjutan.

Baca juga:
Harga Bitcoin Turun ke Level Terendah Sejak Juli 2021

Kontrak masa depan adalah perjanjian antara dua pihak untuk membeli atau menjual aset tertentu pada harga yang telah ditentukan pada waktu tertentu di masa depan. Margin pada kontrak berjangka mengacu pada jumlah deposit yang ditempatkan pembeli aset saat kontrak ditarik.

Akibatnya, mereka terpaksa menutup -atau menjual- kontrak-kontrak ini. Dan efeknya, mengakibatkan penurunan permintaan atas aset tersebut. Dengan demikian, harga BTC semakin menukik.

  1. Harga BTC di bawah 200 Week EMA
    Sesuai dengan grafik harga BTC, nilai token turun di bawah Exponential Moving Average (EMA) 200 Week, yang merupakan indikator tren dengan harga aset selama 200 pekan terakhir untuk menghitung level support dan resistance menggunakan metode eksponensial.

Sekarang, sinyal ini menunjukkan bahwa harga BTC mungkin akan terus turun.

SHARE:

Skolla Ciptakan Inovasi Omni Learning untuk Capai Pendidikan Berkualitas

Analis: PPN 12% Jadi Pukulan Telak untuk Industri Smartphone