
Technologue.id, Jakarta - OpenAI dikabarkan tengah mempersiapkan peluncuran aplikasi sosial mandiri yang ditenagai oleh model video generatif terbaru mereka, Sora 2. Informasi ini pertama kali diungkapkan oleh Wired, yang menyebutkan bahwa aplikasi tersebut memiliki antarmuka dan pengalaman pengguna yang sangat mirip dengan TikTok.
Aplikasi baru ini akan menampilkan feed video vertikal dengan sistem navigasi geser yang familiar bagi pengguna media sosial saat ini. Namun, ada satu perbedaan mencolok, semua konten di dalam aplikasi dihasilkan sepenuhnya oleh AI. Pengguna tidak akan dapat mengunggah foto atau video langsung dari kamera atau rol kamera mereka.
Baca Juga:
Model Eksperimental OpenAI Sabet Medali Emas di Olimpiade Matematika Internasional
Dalam versi awalnya, Sora 2 dibatasi untuk menghasilkan video berdurasi maksimal 10 detik. Batas ini secara signifikan lebih pendek dibandingkan TikTok yang kini mendukung unggahan video hingga 10 menit. Tidak diketahui apakah batasan ini hanya berlaku di dalam aplikasi sosial OpenAI atau juga diterapkan pada penggunaan Sora 2 di luar platform tersebut.
Aplikasi ini juga akan menghadirkan fitur verifikasi identitas, yang memungkinkan pengguna untuk "meminjamkan" kemiripan wajah mereka ke sistem AI. Dengan fitur ini, pengguna dapat ditandai dalam video yang dihasilkan oleh orang lain, terutama saat seseorang me-remix atau menggunakan elemen dari video pengguna lain.
Sebagai bagian dari sistem keamanan dan privasi, OpenAI akan mengirimkan notifikasi setiap kali wajah atau gambar pengguna digunakan, bahkan jika video tersebut tidak diunggah secara publik. Ini bertujuan untuk menjaga kendali individu atas representasi visual mereka di dunia digital yang semakin dikendalikan oleh AI.
Baca Juga:
OpenAI Akuisisi Startup Hardware AI Milik Jony Ive
Menurut laporan Wired, sistem Sora 2 dirancang untuk menolak membuat video yang melanggar hak cipta. Namun, masih belum jelas seberapa efektif sistem perlindungan ini, terutama mengingat laporan dari The Wall Street Journal yang menyebut bahwa OpenAI akan mengadopsi sistem opt-out untuk pemilik hak cipta. Artinya, konten bisa saja digunakan oleh AI kecuali pemilik hak secara aktif meminta agar karyanya dikecualikan.
Langkah OpenAI ini juga dinilai sebagai manuver strategis dalam konteks persaingan global dan ketidakpastian politik. Wired menyatakan bahwa perusahaan melihat peluang ketika Presiden Donald Trump beberapa kali memperpanjang tenggat waktu bagi ByteDance untuk menyerahkan kendali TikTok di AS kepada entitas lokal.
Dengan menciptakan platform sosial yang ditenagai AI, OpenAI tampaknya ingin mengisi celah tersebut sekaligus membangun ekosistem di mana pengguna terikat tidak hanya pada teknologi, tetapi juga pada komunitas yang terbentuk di sekitarnya.