Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Sam Altman: Superintelligence AI Akan Muncul Sebelum 2030, Begini Masa Depannya
SHARE:

Pernahkah Anda membayangkan memiliki asisten pribadi yang bukan hanya menjawab pertanyaan, tetapi benar-benar memahami keinginan kompleks Anda dan menjalankannya secara otomatis? Atau, bagaimana jika suatu hari nanti, penemuan ilmiah terbesar justru datang dari mesin, bukan manusia? Ini bukan lagi sekadar plot film fiksi ilmiah. Menurut Sam Altman, CEO OpenAI, masa depan di mana kecerdasan buatan (AI) melampaui kecerdasan manusia dalam segala aspek—yang disebut superintelligence—akan menjadi kenyataan dalam waktu yang sangat dekat.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan WELT Editor-in-Chief Jan Philipp Burgard di Berlin, tempat Altman menerima Axel Springer Award, visinya tentang masa depan AI diungkap dengan gamblang. Optimisme Altman tidak hanya terpancar dari keyakinannya akan kecepatan perkembangan teknologi, tetapi juga dari cara dia memandang hubungan simbiosis antara manusia dan mesin di era yang akan datang. Perkembangan pesat AI, seperti yang terlihat dalam event teknologi global COMPUTEX 2025, semakin memperkuat prediksi ini.

Lantas, seperti apa sebenarnya peta jalan menuju superintelligence menurut salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia AI ini? Dan yang lebih penting, bagaimana kita harus mempersiapkan diri menyambut gelombang perubahan yang tak terelakkan ini?

Kapan Superintelligence Benar-Benar Akan Tiba?

Bagi yang penasaran dengan timeline, Altman memberikan prediksi yang cukup spesifik. Dia menyatakan bahwa dia akan "sangat terkejut" jika pada akhir dekade ini, tepatnya tahun 2030, manusia belum memiliki model AI yang sangat mampu melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh manusia sendiri. "Dalam beberapa tahun ke depan, akan sangat masuk akal jika AI dapat membuat, misalnya, penemuan ilmiah yang tidak dapat dibuat manusia sendiri," ujarnya. Momen itulah yang akan terasa seperti superintelligence yang sesungguhnya.

Bahkan, kemajuan menuju titik tersebut diperkirakan akan berlangsung sangat cepat. Altman menambahkan, jika pada tahun 2026 laju kemajuan AI tidak sama dengan yang terjadi pada 2024 dan 2025, dia juga akan terkejut. Artinya, pada akhir 2026, model AI yang ada akan memiliki kemampuan yang cukup untuk mengejutkan kita seandainya kita memilikinya hari ini. Perkembangan ini tentu membawa serta pro dan kontra penggunaan teknologi kecerdasan buatan yang perlu dicermati oleh semua pihak.

Dampaknya pada Dunia Kerja: Fokus pada Tugas, Bukan Pekerjaan

Salah satu kekhawatiran terbesar masyarakat adalah penggantian pekerjaan manusia oleh mesin. Altman menawarkan perspektif yang lebih bernuansa. Alih-alih memikirkan persentase pekerjaan yang hilang, dia menyarankan untuk berfokus pada "tugas".

"Saya dapat dengan mudah membayangkan dunia di mana 30 hingga 40% dari tugas yang terjadi dalam perekonomian saat ini akan dilakukan oleh AI dalam waktu yang tidak terlalu lama," paparnya. Ini berarti, banyak pekerjaan akan berubah secara fundamental alih-alih hilang sepenuhnya. Peran manusia akan berevolusi untuk lebih memanfaatkan keunikan manusiawi, seperti yang sudah mulai terlihat dalam perangkat yang dilengkapi kecerdasan buatan seperti seri Xiaomi 14T.

Nasihat untuk Generasi Mendatang: Belajar untuk Belajar

Menjadi seorang ayah di tahun ini membuat Altman memiliki pandangan personal tentang pendidikan. Nasihatnya untuk putranya, dan generasi muda pada umumnya, terpusat pada "meta-skill" atau keterampilan mendasar. Kunci utamanya adalah "belajar bagaimana caranya belajar, belajar untuk beradaptasi, belajar untuk tangguh menghadapi banyak perubahan."

Dia menekankan bahwa manusia akan tetap menjadi pusat cerita bagi sesamanya. Keinginan manusia untuk hal-hal baru, untuk berguna bagi orang lain, dan untuk mengekspresikan kreativitas adalah tanpa batas. "Saya yakin anak-anak saya akan melakukan hal yang sama," katanya dengan penuh keyakinan, merujuk pada cara setiap generasi menggunakan kreativitas dan alat dari generasi sebelumnya untuk menciptakan hal-hal yang menakjubkan.

Mengatasi Kekhawatiran: Akankah AI Memusnahkan Manusia Seperti Semut?

Pertanyaan kritis tentang risiko eksistensial AI tak terelakkan. Menanggapi kekhawatiran para kritikus seperti Eliezer Yudkowsky yang membandingkan hubungan superintelligence dengan manusia seperti hubungan manusia dengan semut, Altman menjawab dengan merujuk pada rekan pendirinya, Ilya Sutskever.

"Harapannya adalah cara AGI (Artificial General Intelligence) memperlakukan umat manusia adalah seperti orang tua yang penuh kasih," ujarnya. Meski demikian, Altman mengakui pentingnya penyelarasan AI dengan nilai-nilai manusia. Dia tidak percaya AI akan memperlakukan manusia seperti semut, tetapi menekankan bahwa bahkan tanpa intensi jahat, meminta AI melakukan sesuatu bisa memiliki konsekuensi yang tidak kita pahami.

Misi OpenAI: Dari Nirlaba ke Ambisi Perangkat Keras

Menanggapi kritik tentang transformasi OpenAI dari lembaga nirlaba menjadi entitas komersial, Altman menegaskan bahwa entitas nirlaba mereka akan tetap ada selamanya. "Saya berharap kami akan memiliki nirlaba yang paling berdampak sepanjang masa," tegasnya. Tujuan tata kelola nirlaba ini adalah untuk memastikan bahwa misi keselamatan, kesejahteraan, dan manfaat maksimal bagi kemanusiaan tetap menjadi prioritas.

Altman juga memberikan gambaran tentang ambisi hardware OpenAI, yang telah merekrut desainer dari Apple. Dia membayangkan "keluarga kecil perangkat" yang tidak hanya tampak bagus, tetapi yang terpenting, mengubah cara kita menggunakan komputer. Revolusinya terletak pada kemampuan AI untuk memahami keinginan kompleks pengguna.

"Anda bisa membayangkan menanyakan pertanyaan yang sangat bernuansa dan kompleks kepada komputer, lalu mempercayainya untuk melakukan hal yang benar dan kembali kepada Anda ketika membutuhkan bantuan," jelasnya. Ini akan mengubah pengalaman dari sekadar membuka banyak aplikasi menjadi interaksi yang lebih intuitif dan terpercaya.

Dunia AI bergerak dengan kecepatan yang mencengangkan. Prediksi Sam Altman bukan sekadar angan-angan, tetapi sebuah peta jalan berdasarkan perkembangan nyata. Tantangan dan peluangnya sama besarnya. Persiapan terbaik yang bisa kita lakukan adalah mengasah kemampuan adaptasi dan memastikan bahwa teknologi yang kita bangun selaras dengan nilai kemanusiaan yang paling mendasar. Masa depan, meski penuh dengan mesin cerdas, tetaplah masa depan manusia.

SHARE:

Nonton Vidio Kini Bisa Sambil Check-out Shopee

Indosat Luncurkan PaPeDa, Program Pemberdayaan Perempuan Daerah Lewat SheHacks