Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Serangan Siber yang Dibantu AI Bisa Dilakukan Lebih Cepat
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Di era digital yang semakin maju, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah menjadi alat revolusioner dalam berbagai sektor, termasuk keamanan siber. Namun, di balik potensinya untuk memperkuat pertahanan digital, AI juga menjadi senjata ampuh yang dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber untuk melancarkan serangan dengan lebih cepat, canggih, dan sulit dideteksi.

Sebelumnya, serangan siber dilakukan secara manual dengan teknik rekayasa sosial atau eksploitasi kerentanan perangkat lunak. Kini, dengan bantuan AI dan machine learning, penyerang dapat mengotomatiskan proses-proses tersebut. Algoritma AI mampu mempelajari pola perilaku sistem target dan menemukan celah keamanan dalam waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan metode konvensional.

Baca Juga:
Virtus Showcase 2025 Bahas Kesiapan IT Perusahaan di Era AI

"Hanya dalam waktu 25 menit, pelaku bisa membangun ransomware, kemudian penetrate suatu sistem, masuk hingga attack dan keluar curi datanya," ujar Adi Rusli, Country Manager Palo Alto Networks Indonesia, dalam diskusi Virtus Showcase 2025 di Jakarta, Rabu (1/10/2025). "Ini sudah di luar normal, hal yang tidak pernah kita sangka."

Adi menerangkan, penyerang kini mengekstraksi data dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam 25% insiden, penyerang mencuri data dalam waktu kurang dari lima jam atau tiga kali lebih cepat dibandingkan tahun 2021. Yang lebih mengkhawatirkan, dalam 20% kasus, pencurian data terjadi dalam waktu kurang dari satu jam. Kecepatan ini menunjukkan seberapa cepat penyerang dapat menyebabkan kerusakan.

"Mereka (bad actors) semakin sophisticated, baik dari sisi skill maupun volume yang makin besar. Secara speed, juga makin cepat," tuturnya.

Baca Juga:
Palo Alto Networks Hadikan Solusi Penjelajahan yang Aman Bagi Perusahaan

Salah satu aspek paling mengkhawatirkan adalah penggunaan AI dalam menciptakan konten palsu, seperti deepfake. Dengan teknologi ini, pelaku bisa membuat video atau suara yang menyerupai tokoh publik atau pimpinan perusahaan, untuk menipu karyawan agar mentransfer dana atau memberikan akses ke sistem sensitif.

Seiring lanskap ancaman yang terus berubah, bisnis harus menyesuaikan strategi keamanan mereka untuk mengatasi tantangan baru ini dan melindungi diri dari ancaman siber yang semakin berkembang.

SHARE:

Huawei Watch GT 6 Series Resmi Meluncur ke Indonesia

Huawei Watch GT 6 & GT 6 Pro Siap Meluncur, Apa Saja Fiturnya?