Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Sora OpenAI: Aplikasi Sosial Media AI yang Bisa Guncang TikTok?
SHARE:

Bayangkan Anda bisa menjadi bintang film aksi, penyanyi terkenal, atau atlet Olimpiade hanya dengan mengetik beberapa kata. Itulah janji yang dibawa Sora, aplikasi media sosial terbaru dari OpenAI yang baru saja diluncurkan. Dalam langkah berani yang menggetarkan industri, perusahaan kecerdasan buatan paling berpengaruh di dunia ini melemparkan "topinya" ke arena media sosial yang sudah sangat padat.

Lanskap media sosial saat ini didominasi oleh raksasa seperti Meta dengan Instagram Reels-nya dan ByteDance dengan TikTok. Platform-platform ini telah membentuk cara kita mengonsumsi konten—cepat, visual, dan personal. Namun, ada kejenuhan yang mulai terasa. Konten buatan manusia, meski autentik, seringkali terasa repetitif. Di sinilah Sora hadir dengan proposisi yang radikal: sebuah ruang di mana setiap konten yang Anda lihat dihasilkan sepenuhnya oleh kecerdasan buatan.

Diluncurkan bersamaan dengan model generasi audio dan video terbaru mereka, Sora 2, aplikasi ini saat ini masih dalam fase invite-only, membuat aksesnya menjadi barang langka dan sangat diincar. Dengan Sora, pengguna dapat membuat video berdurasi 10 detik hanya dari sebuah prompt Bukan Cuma Scroll, Tapi Ciptakan Duniamu Sendiri

Fitur andalan Sora yang langsung mencuri perhatian adalah "Cameos". Fitur ini memungkinkan Anda—dan teman-teman Anda, dengan izin mereka—untuk disisipkan ke dalam klip video AI. Bayangkan Anda dan teman sedang bermain gitar di atas panggung virtual, atau beraksi seperti superhero di kota metropolitan masa depan. Ini bukan filter sederhana seperti yang biasa kita temui di platform e-commerce dan sosial lainnya, tetapi kreasi adegan yang sepenuhnya baru dan dipersonalisasi.

Seperti yang dialami oleh jurnalis senior, pengalaman awal menggunakan Sora terasa seperti mainan baru yang menyenangkan. Mereka mengubah diri mereka menjadi peseluncur es Olimpiade, pemain harmonika, dan penyair beat. Yang menarik, waktu yang dihabiskan untuk menciptakan "Soras" atau "Cameos" ini ternyata lebih banyak daripada waktu untuk sekadar menggulir feed. Ini mengisyaratkan pergeseran potensial: dari konsumsi pasif menuju kreasi aktif yang lebih personal dan imersif.

Tantangan Etika dan Hak Cipta di Balik Layar Ajaib

Namun, jalan menuju "surga" kreasi AI ini tidak mulus. Upaya untuk membuat cameo sebagai Bob Dylan, misalnya, langsung ditandai sebagai "pelanggaran konten". OpenAI dengan tegas menerapkan kebijakan "likeness berbasis persetujuan". Artinya, Anda tidak bisa sembarangan menggunakan rupa figur publik kecuali mereka sendiri yang ada di aplikasi dan membuat "cameo" publik.

Meski demikian, batasan ini sepertinya belum sepenuhnya mampu menahan gelombang pelanggaran hak kekayaan intelektual (IP). Di dalam aplikasi, sudah beredar video Pikachu melakukan ASMR, Super Mario ditolong Princess Peach dari penjara, dan adegan-adegan yang dihadirkan dengan gaya SpongeBob SquarePants. OpenAI tampaknya bergerak agresif dengan strategi "biarkan pemegang IP yang proaktif menolak", sebuah pendekatan yang berisiko tinggi dan berpotensi memicu gelombang gugatan hukum. Ini mengingatkan kita pada dinamika serupa di dunia game yang melibatkan karakter populer.

Media Sosial Baru atau Halaman "For You" yang Lebih Canggih?

Pertanyaan besar yang mengemuka adalah: Apakah Sora benar-benar sebuah platform sosial? Eksekutif OpenAI menjual Sora sebagai alat untuk penciptaan dan koneksi, bukan wadah untuk doomscrolling. Memang, ada elemen sosial seperti DM dan komentar. Namun, main feed-nya pada dasarnya adalah halaman "For You" lain yang penuh dengan gulungan konten AI.

Di era di mana banyak platform besar berusaha masuk ke pasar video pendek, keunikan Sora terletak pada asal-usul kontennya. Jika fitur Cameos—terutama opsi kolaborasinya—benar-benar meledak, kita mungkin sedang menyaksikan lahirnya perilaku media sosial yang sama sekali baru. Bukan sekadar memposting momen kehidupan nyata, tetapi bersama-sama membangun realitas alternatif yang menghibur.

Akankah Dunia Menerima Konten yang Sepenuhnya "Palsu"?

Kekhawatiran tentang "kepalsuan" di media sosial—dari filter wajah hingga kurasi gaya hidup—bukanlah hal baru. Namun, Sora membawanya ke level yang berbeda: konten yang dari awal hingga akhir tidak melibatkan manusia dalam proses kreatif tradisionalnya. Akan ada resistensi alami terhadap hal ini.

Namun, para analis dan eksekutif pemasaran memprediksi bahwa seiring membaiknya teknologi dan terbiasanya pengguna, resistensi ini akan luntur—terutama jika kita sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang asli dan mana yang AI. Bagi para pengiklan, segalanya kembali ke angka. Selama Return on Investment (ROI) mereka terlihat baik, sedikit merek yang akan menggali terlalu dalam untuk mengungkap kekhawatiran filosofis tentang keaslian konten. Lagipula, AI sudah lama bersarang di platform incumbent. Kita telah mengubah diri menjadi anak anjing di Snapchat melalui filter selama satu dekade, dan TikTok dipenuhi dengan alat-alat AI.

OpenAI: Pendatang Baru yang Akan Mengubah Segalanya?

Dengan kesuksesan luar biasa ChatGPT yang menjadi aplikasi tercepat mencapai 1 miliar unduhan global dalam satu dekade terakhir, OpenAI memiliki track record yang menakutkan. Mereka membuktikan bisa meraih adopsi massal tanpa fitur sosial tradisional sekalipun. Sora bisa jadi hanya fase pertama dari rencana besar mereka. Perusahaan ini telah mengumumkan sedang mengerjakan platform lowongan kerja dan rekrutmen, yang berpotensi bersaing dengan LinkedIn.

Di sisi lain, ada kemungkinan OpenAI justru membangun satu aplikasi "super" yang melakukan segalanya. Bayangkan menggunakan ChatGPT tidak hanya untuk bertanya, tetapi juga untuk berbelanja, berkirim pesan, dan menciptakan konten video seperti di Sora. Visi ini, jika terwujud, akan mengubah lanskap digital secara fundamental. Pergulatan untuk menjadi rajanya konten dan kreasi digital semakin memanas.

Sora dari OpenAI bukan sekadar aplikasi baru. Ia adalah eksperimen besar-besaran tentang masa depan interaksi manusia, kreasi konten, dan batas antara yang nyata dan artifisial. Apakah ia akan menjadi sekadar mainan teknologi yang cepat pudar, atau benih dari revolusi media sosial berikutnya? Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun, satu hal yang pasti: papan permainan baru saja diacak-acak, dan semua pemain—dari TikTok, Meta, hingga Snapchat—harus mempertimbangkan langkah mereka berikutnya dengan sangat hati-hati.

SHARE:

Xiaomi 17 Terjual 1 Juta Unit dalam Hitungan Hari

Diduga Langgar Paten, Strava Ajukan Gugatan Terhadap Garmin