Technologue.id, Jakarta - Platform media sosial TikTok memberikan rincian baru tentang jumlah akun dan video yang telah dihapus (take down) sejak serangan Hamas pada 7 Oktober.
Berdasarkan laporan TikTok, mereka telah menghapus lebih dari 925.000 video di wilayah konflik tersebut dan jutaan konten lainnya dari seluruh dunia. Anak perusahaan ByteDance itu juga mengatakan bahwa mereka mengalami lonjakan engangement palsu dalam beberapa minggu terakhir.
"Sejak 7 Oktober, kami telah menghapus lebih dari 24 juta akun palsu secara global dan lebih dari setengah juta komentar bot pada konten dengan tagar terkait konflik," pernyataan TikTok sebagaimana dikutip dari Engadget (3/11/2023).
Baca Juga:
TikTok Digugat Gara-Gara Bikin Candu Anak-Anak di AS
Laporan baru ini muncul ketika TikTok menghadapi pengawasan yang semakin ketat mengenai bagaimana aplikasinya merekomendasikan konten terkait konflik yang sedang berlangsung.
Menurut NBC News, beberapa anggota parlemen baru-baru ini meningkatkan seruan mereka agar aplikasi tersebut dilarang di tengah tuduhan bahwa algoritma TikTok secara tidak proporsional mempromosikan konten pro-Palestina. Dalam pembaruannya, TikTok mengatakan bahwa klaim tersebut didasarkan pada analisis yang tidak masuk akal terhadap datanya.
“Sayangnya, beberapa komentator yang misinformasi telah salah mengartikan upaya kami dalam mencegah penyebaran ujaran kebencian dan informasi yang salah seputar krisis di Israel dan Gaza, terutama yang berkaitan dengan antisemitisme,” kata perusahaan itu.
“Selama beberapa hari terakhir, ada analisis yang tidak masuk akal terhadap data tagar TikTok seputar konflik tersebut, menyebabkan beberapa komentator memberikan sindiran yang salah bahwa TikTok mendorong konten pro-Palestina daripada konten pro-Israel ke pengguna AS,” imbuhnya.
Baca Juga:
Elon Musk Bakal Sediakan Layanan Internet Starlink untuk Gaza
Perusahaan menambahkan bahwa, di Amerika Serikat, tagar #standwithisrael telah dilihat 46 juta kali sejak 7 Oktober, sementara #standwithpalestine telah dilihat 29 juta kali.
TikTok bukan satu-satunya wadah yang menghadapi peningkatan pengawasan atas kebijakan moderasinya karena ketegangan seputar konflik meluas ke platform media sosial. Sebelumnya Meta menghadapi tuduhan bahwa mereka memblokir akun Instagram yang memposting tentang kondisi di Gaza, dengan alasan adanya "bug".
X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, juga sedang menangani penyelidikan Uni Eropa atas penanganan misinformasi terkait konflik tersebut.