Technologue.id, Jakarta - Amerika Serikat terus mengejar kemampuan memproduksi pesawat luar angkasa canggih berbasis nuklir. Ini akan membuat AS memimpin industri dibanding Rusia dan China.
Kabar terbaru, kemarin, Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (DARPA) mengeluarkan permintaan proposal untuk fase berikutnya untuk demonstrasi pesawat ruang angkasa bertenaga nuklir.
Proyek, yang disebut Demonstration Rocket for Agile Cislunar Operations (DRACO), dimulai lebih dari setahun lalu. Saat itu DARPA memilih desain awal untuk reaktor mesin roket yang dikembangkan oleh General Atomics, dan memilih dua desain pesawat ruang angkasa konseptual oleh Blue Origin dan Lockheed Martin.
Baca juga:
NASA Akan Menyelidiki ‘Pesta Geologi’ di Delta Sungai
Tahap selanjutnya dari program ini akan fokus pada desain, pengembangan, fabrikasi dan perakitan mesin roket termal nuklir. "DARPA akan mengadakan "kompetisi penuh dan terbuka" sehingga peluang ini tidak terbatas pada perusahaan yang berpartisipasi dalam fase pertama," kata juru bicara DARPA kepada SpaceNews.
Proposal yang akan jatuh tempo pada 5 Agustus 2022 ini bertujuan meluncurkan demonstrasi penerbangan propulsi termal nuklir pada tahun fiskal 2026.
DARPA berinvestasi dalam propulsi nuklir untuk kendaraan luar angkasa dengan harapan berhasil mendemonstrasikan mesin yang dapat terbang melintasi jarak yang sangat jauh di ruang cislunar, area antara Bumi dan Bulan.
“Propulsi termal nuklir mencapai daya dorong-ke-berat yang tinggi mirip dengan propulsi kimia tetapi dengan efisiensi dua hingga lima kali lipat,” klaim DARPA.
NASA berpartisipasi dalam proyek tersebut, juga bertujuan menggunakan propulsi termal nuklir untuk misi luar angkasa manusia jangka panjang.
“Manuver lebih menantang di luar angkasa karena keterbatasan sistem propulsi,” kata Mayor Nathan Greiner, Manajer Program di Kantor Teknologi Taktis DARPA. “Untuk mempertahankan keunggulan teknologi di luar angkasa, Amerika Serikat membutuhkan teknologi propulsi yang jauh lebih maju.”